Friday, November 30, 2007

Kawan, Aku Merindukanmu

Di tengah kejenuhan, tiba-tiba aku teringat perbincangan pendek saya dengan seorang kawan yang lebih dari 7 tahun ini, tak pernah bersua. Perbincangan pendek di tengah rehat sebuah diskusi di Museum Ronggowarsito itu, bener-benar pendek!

”Mari kita bertarung,” ujarnya sambil tersenyum dingin, khas dia. ”Kalau ideologi yang kamu yakini menang, saya rela Anda bunuh. Kalo saya menang, begitu pula sebaliknya,” lanjut dia.

Saya menjawab pendek, ”Ayuk,” juga dengan senyum yang tak kalah dingin. Kami bersalaman. Setelah itu, kami ngobrol hal-hal ringan, saling lempar joke dan tertawa-tawa.

Beberapa kali setelah perbincangan itu, kami masih suka bertemu karena memang komunitas dan jaringan sosial kami sama. Tetap saling menyapa, bercanda, bikin aksi bersama bila merasa cocok, dan bila lapar, juga jajan bersama. Favorit kami di angkringan, nasi kucing. Kami bergantian saling mentraktir, bila punya uang.

Tujuh tahun berlalu, ideologi yang ia yakini maupun aku yakini, sama-sama belum menjadi pemenang. Jadi dia belum bisa membunuh saya.

Di tengah kejenuhan terhadap diri sendiri yang kian ringkih, tak jelas arah, aku merindukan masa-masa saat garis pembatas dimana saya berdiri terlihat begitu gamblang. Saat itu, nilai profesional adalah nilai pribadi yang saya yakini. Tak ada ambigu, tak ada soal kepribadian terpecah.

Kawan, aku merindukanmu. Apakah kamu juga mengalami seperti yang aku alami saat ini?

Laras Asri,
Salatiga 28 Nov 2007

Sunday, November 11, 2007

Beda Pemimpin dan Manager

Pernah kecewa terhadap atasan? Tahan dulu, bisa jadi perasaan itu muncul karena kita tak bijak menilai atasan. Kalau dia memang manager ya, jangan memaksa dia untuk berlaku selayaknya pemimpin.

Nah, inilah beda pemimpin dan Manager :

Pemimpin

Manager

Diangkat oleh pengikut

Mengandalkan kewibawaan personal power

Bertindak sebagai pencetus ide

Bertanggung jawab pada anak buah

Bagian dari pengikut

Diangkat oleh kekuasaan

Mengandalkan pada kekuasaaan

Bertindak sebagai penguasa

Bertanggung jawab pada atasan

Bagian dari organisasi

Tuesday, November 6, 2007

Bertanya + Tepat = Pandai

Kocap Kacarito....

Saat tengah bete abis. Tiba-tiba otak kanan dan otak kiri saya ngelantur, ribut berdiskusi, saya sendiri terlelap dalam mimpi siang bolong. Untung hati saya cepat bekerja, merekam dialog itu dan menuturkannya kembali ketika terjaga. Tapi dasar hati, diapun merekamnya sesuka hati, tak jelas mana yang pernyataan otak kanan, manapula pernyataan otak kiri.

"Bagaiamana cara Anda menilai seseorang itu cerdas?"
"Dari cara dia bertanya."
"Loh, kok begitu. Kenapa?"
"Karena menjawab lebih mudah daripada bertanya. Jawaban sesuai belum tentu pandai, jawaban ngawur belum tentu pandir. Jawaban berbeda dari pertanyaan yang sama itu soal sisi pandang."
"Jadi, menuru kamu?"
"Orang pandai, orang yang tahu bagaimana, kapan, dimana dan kenapa bertanya,"
"Hemm..."
"Dengan cara bertanya yang cerdas, jawaban-jawaban yang benar, benar-benar akan didapatkan. Pertanyaan adalah kompas, ketika Anda tak bisa menggunakan kompas maka anda akan salah arah."
"Jadi, orang yang mampu menggunakan kompasnya untuk menentukan arah, orang cerdas?"
"Iya. Cara bertanya Anda, akan menentukan Anda kemana akan melangkah.”
”Ooo.., kalo sekarang saya tanya 8 X 234 : 692 + 2,5 /33. Apa jawabmu?
”XXX*****$#@!... sialan loe!”
”Ayo... apa jawabmu?”
”Itu pertanyaan sulit. Tapi nggak cerdas,”
”Hahahaha.... silan juga loe!”
"Hahahaha...."

Ups, tiba-tiba saya terhenyak. Sudah saatnya makan siang nih, saya harus segera menjawab pertanyaan perut yang sangat cerdas.