Friday, January 29, 2010

Di Rembang, Warung Kopi Ber-gravitasi

Segelas kopi adalah sebuah tanda koma, dari rentetan cerita panjang. Di Rembang, koma itu terasa sekali. Begitu Anda mendaratkan pantat di warung kopi, maka seketika detak jarum jam di tangan terhenti. Minimal 60 menit. Tidak percaya? Coba saja.

Jika Anda lirik, masih berdetak, maka segeralah sadar bahwa bumi yang kita pijak terasa tenang karena berputar sangat cepat. Begitupula dengan jarum jam Anda. Bergerak, tapi sebenarnya berhenti. Itulah ajaibnya warung kopi di Rembang, memiliki gaya gravitasi.

Apa gerangan yang membuat orang, berlama-lama di warung kopi? Hemm, yang jelas ya, ngopi. Selain itu, menghias batang rokok dengan ampas kopi yang ditapis dari gelas. Orang Rembang, menyebutnya dengan istilah nglelet. Prosesi dimulai dengan menuangkan kopi ke lepek, alas gelas. Saat hangat suam-suam, kopi yang tertuang itu pelan-pelan, dicecap tanpa menghabiskannya. Tisu murahan telah tersedia di meja, sobek sedikit, tutupkan di atas lepek untuk menyerap sisa air kopi. Angkat tisu, tertinggalah ampas kopi nan halus. Nanti dulu, agar bisa untuk nglelet, di meja telah tersedia botol wadah kecap yang berisi susu kental manis. Tuangkan susu kental manis secukupnya, aduk dengan sendok kecil atau batang korek hingga mengental. Maka, siaplah ritual nglelet untuk dimulai.

Dengan menggunakan sendok atau batang korek atau kertas bungkus rokok yang dipilin menjadi seperti pena mungil, ampas kopi nan kental dileletkan ke berpuluh-puluh batang rokok. Berbagai motif dibuat. Dari yang sekadar melumuri batang rokok menjadi coklat hingga beragam corak batik, finyet dan motif-motif tato. Indah. Tiap batang yang telah dilelet, dijajarkan di atas meja.

Sebagian rokok yang leletanya telah kering, dimasukan kembali ke dalam bungkus. Sebagian lagi, disulut sambil ngopi. Kombinasi nikotin dan kafein menyatu dalam asap, aromanya terasa gurih. Kian mantap pula hisapanya. Kian panjang pula obrolanya. Detak jarum jam terhenti.

Namun, tak semua warung kopi di Rembang seistimewa itu. Membuat warung kopi yang benar-benar memiliki gaya gravitasi tidaklah mudah. Maka cara instant untuk menghetikan detak jarum jam dilakukan oleh warung-warung kopi yang kurang bermutu dengan menawarkan karaoke dan pelayan perempuan yang kemayu. Mereka disebut PK. Yang jelas, tugas PK bukanlah seperti barista di warung kopi starbuck.

Sejauh ini, menurut saya, hanya ada dua warung kopi yang memiliki kwalitas murni menghentikan jarum jam. Warung kopi Cak Di, terletak di Jl. dr Soetomo, dekat rumah dinas wakil bupati dan warung kopi landoh, terletak di perempatan landoh. Konon, Almarhum KH Cholil Bisri, kakak Gus Mus, selalu memesan kopi dari warung ini. Diantar setiap hari dengan termos ke kediaman beliau.

Baik warung kopi Cak Di maupun Landoh, tak meyediakan karaoke dan PK. Pun, tak ada barista ala warung kopi asal Amrik itu. Namun keduanya, terasa lebih mantap. Tak bosan untuk selalu kembali ngopi di situ. Dengan Rp 3000, waktu ternyata bisa dikoma.