Tapi beberapa hari lalu, saya mengikuti training yang, sejauh ini sih, lain daripada yang lain. Vibrant Training. Uniknya, sampai training itu selesai saya tak tahu juga apa arti Vibrant. Tapi, apalah arti sebuah nama. Yang jelas, mulai hari pertama hingga usai, saya benar-benar enjoy, peserta lain, tampaknya juga enjoy. Tiada hari tanpa tertawa, sempat ada tangis juga sih, saat sesi refleksi. Tapi bukan soal tawa dan tangis yang mengesankan dalam Vibrant training ini. Pun, sebenarnya, tidak semua sesi mengusung materi yang benar-benar baru. Lantas apa dong? Prosesnya! Fasilitator atau trainer benar-benar percaya pada proses yang berjalan di antara peserta training. Hasilnya? Imajinasi peserta menjadi liar, melihat semua dari sisi potensi, memandang persoalan dari aspek potensi bukan aspek masalah.
Maka, di hotel yang satpamnya pun sempat menolak saya masuk karena naik motor, dan baru mengjinkan begitu tahu saya menginap di hotel tersebut, beberapa hari itu, dibobol dengan kehadiran tukang becak, loper koran, dan pengamen jalanan yang diundang oleh peserta training untuk menjadi guru, teladan pembelajaran bagi kami. Dengan begitu, rasanya tak penting lagi bagi saya untuk mencari apa arti atau definisi vibrant.
Pada malam terakhir, kami yang rata-rata tak mahir memainkan alat musik, semuanya asyik memainkan perkusi di halaman hotel. Untung tidak ada FPI Jogja yang sedang senang-senangnya sweeping di malam bulan puasa. Tapi saya pribadi sih, berharap malam itu FPI sweeping, pasti seru, karena akan kami ajak gabung main perkusi. Lebih baik daripada main ancam dan main kayu bukan?
bagoossss. biar tuh satpam ketampar mukenya
ReplyDeleteHehe... sebenrnya sang satpam juga akan kita undang untuk jadi "guru" pelatihan kami, sayangnya sulit senyum, jadi nggak berani deh, ngajak2..
ReplyDelete