Sunday, June 8, 2008

Jenggot

Konon katanya Mabes Polri sempat salah tangkap warga saat menggrebek markas FPI, beberapa waktu lalu. Polisi bersikeras warga yang ditangkap tersebut adalah anggota FPI karena ber-jenggot. Setelah sempat menginap di belik jeruji besi, warga tersebut akhirnya dilepas karena terbukti bukan anggota FPI. Naas benar nasibnya, gara-gara jenggot harus menikmati jeruji besi.

Mendengar cerita yang berembel-embel konon katanya itu, saya tersenyum sambil menahan bibir agar tak terbahak-bahak (lawan katanya termehek-mehek). Apalagi si kawan ini, matanya terus memandang jenggot yang menggelantung di dagu saya. Seolah berujar "Cukur deh, jenggot loe daripada jadi korban salah tangkap".

Ngomong-ngomong soal jenggot, saya jadi teringat H Agus Salim, politikus dan diplomat handal pada zaman kemerdekaan. Intelektual otodidak yang memelihara jenggot ini, diledek oleh kaum SI merah saat berpidato pada kongres SI di Semarang. Kaum SI Merah serempak menirukan suara kambing mengembik saat H Agus Salim hendak berpidato. Pria yang suka mengenakan peci buatanya sendiri itu, dengan cerdik menukas "Wah, ternyata banyak kambing yang ikut kongres". Mendapat tohokan yang tak terduga itu, seketika kaum SI merah terdiam. H Agus Salim tersenyum sambil mengelus-ngelus jenggotnya.

Memang mengherankan. Rambut yang tumbuh di dagu itu, bisa menjadi hal sensitif. Ada kaum yang menganggap memelihara jenggot sebagai kewajiban, berdasar interpretasi mereka atas beberapa dalil keagamaan. Beberapa agamawan Islam mengatakan sunah. Tapi soal memelihara jenggot atau berewok, bukan hanya agama Islam. Para Rabi Yahudi semuanya berjenggot. Bahkan kaum Amish, salah satu sekte kristen, di Amerika Serikat melarang kaum lelakinya menyukur jenggot.

Makanya, saya sempat bingung ketika ada kawan aktivis NGO yang hendak belajar ke Amerika sampai-sampai secara khusus ke salon untuk memastikan janggutnya benar-benar klimis, tanpa satu helai rambutpun sebelum pengambilan foto untuk pasport. Dia takut kalau di dagunya yang indah itu tumbuh jenggot dikira teroris dan dilarang masuk Amrik, apalagi namanya agak berbau-bau Arab. Kawan ini ternyata pemerhati filem-filem pabrikan Holywood dan media massa yang selalu menggambarkan teroris berjenggot dengan nama Arab.

Saya teringat beberapa koleksi kaos yang tak lagi muat untuk kupakai bergambar lelaki berjenggot seperti Che Guevara, Karl Marx, Stalin, Ho Chin Min, Fidel Castro dan H Agus Salim. Hemm... otak cerdas saya tiba-tiba membuat sebuh kesimpulan genius, "Kalau mereka bukan teroris, pasti anggota FPI!". Rasanya saya ingin segera lari seperti Arcimides, meneriakan pengambilan kesimpulan yang genius ini.

Cuma kalo sambil telanjang ikut-ikuat Arcimides, bisa-bisa yang diperkarakan bukan hanya soal bulu yang tumbuh di dagu saya.

Jogja, 8 Juni 08

No comments:

Post a Comment