Thursday, September 13, 2007

Buku adalah Kemewahan dan Membaca Jauh Lebih Mewah

Tiga tahun terakhir ini, saya belum pernah membaca sebuah buku hingga benar-benar selesai, runtut dari awal; kata pengantar, daftar isi, hingga kata terakhir dalam bab akhir. Semenarik apapun buku itu, rasanya belum ada yang saya lahap habis. Bahkan adakalanya begitu memegang buku yang menarik, saya seperti seorang bocah miskin asal desa atau kolong jembatan yang tak pernah memegang makanan enak, saya akan cemil dikit-dikit lembaran buku itu, mencoba mengunyah-ngunyah dan menikmatinya dengan berlama-lama, berharap kelezatan yang saya rasakan tak segera habis karena tertelan masuk ke dalam perut.

Analogi tersebut mungkin tidak tepat, tapi setidaknya begitulah pengalaman kanak-kanak saya dengan makanan lezat saat tinggal di desa dengan rumah berdinding papan dan berlantai tanah.

Saya tetap rajin membeli buku, minimal Tiga buah setiap bulannya, jauh lebih sering dibandingkan membeli baju yang belum tentu Enam bulan sekali. Bagi saya sendiri, membeli buku adalah perilaku mewah di tengah harga buku yang mencekik dan tak semua orang mampu membelinya. Apalagi walau membeli buku bukan berarti saya membacanya. Mungkinkah saya telah menjelma seperti istri mendiang Diktator Filipina Marcos, Imelda yang rajin mengoleksi sepatu hingga ribuan tanpa sempat memakainya? Hemm, mungkin.

Jumlah buku yang saya baca dan beli tak sebanding. Berbalik dengan masa sekitar Sepuluh tahun lalu, saat saya harus meluangkan waktu mojok di perpustakaan agar dapat membaca buku. Saat itu, jumlah buku yang saya baca Sepuluh berbanding Nol dari buku yang saya beli. Sedang sekarang, dari Sepeluh buku yang saya beli, paling cuma satu yang saya baca, benar-benar baca dari awal hingga akhir. Walaupun begitu, begitu mampir ke toko buku, saya tetap keranjingan memborong buku. Begitu yang terjadi tiap bulan.

Di tengah beragam kesulitan hidup yang dialami saudara-saudaraku yang hidup di negeri kaya yang bernama Indonesia ini, membeli buku adalah kemewahan. Namun dapat membaca buku yang dibeli adalah kemewahan yang lebih tinggi satu derajat dari kemewahan membeli buku.

Bila buku dan membaca adalah kemewahan, maka saya berharap bila kelak meninggal maka saya dapat mewariskan kemewahan tersebut.

1 comment:

  1. Iya banget tuh mas.. eh mbak.. ehh.. (apa siih..??!) aku juga yg penting udah beli, udah punya, jadi ntar pas ada waktu luang enak. Tinggal pilih yg mana yg ingin kubaca. Sebuah kebahagiaan tersendiri untukku.. hihihi..

    ReplyDelete