Tuesday, September 11, 2007

Ingat Robin Hood atau Si Pitung?

Keduanya adalah pencuri. Yang satu dari England dan satunya lagi dari Batavia. Yang satu pemakan gandum, yang satunya lagi pemakan nasi. Yang satu suka bertopi, yang satunya lagi suka berpeci. Uniknya, sebagai pencuri, keduanya mendapatkan dukungan dari padri. Yang satu dikisahkan didukung seorang pendeta, yang satunya lagi juga direstui guru ngaji. Dan keduanya begitu legendaris, dikenang dalam cerita-cerita kepahlawanan.

Lantas, apa yang membedakan Robinhood dan Si Pitung dengan pencuri-pencuri lainnya? Bukankah mencuri, mengambil barang pihak lain tanpa perkenan siempunya, merupakan perbuatan tercela? Sama tercelanya dengan membunuh, menghabisi nyawa orang lain. Tentunya dengan kadar ketercelaan yang berbeda. Membunuh bisa jadi oleh kebanyakan orang dianggap lebih tercela dibanding mencuri. Tapi benarkah?

Mari kita coba dengan lemparkan pertanyaan, apakah membunuh diperbolehkan? Jawabannya bisa jadi;
a. Tidak boleh

b. Boleh jika Anda terancam.

c. Wajib jika Anda adalah seorang serdadu yang harus memusnahkan musuh. Situasi dan konteks keadaanlah yang menyebabkan jawaban yang berbeda.

Sekarang mari kita coba lemparkan pertanyaan, apakah mencuri dipebolehkan?
a.Tidak boleh

b.Tidak boleh walau Anda terancam lapar.

c.Tidak boleh walau Anda serorang ”pencuri”, cepatlah bertobat jangan jadi pencuri lagi dong! Situasi dan konteks keadaan, tidak akan menyebabkan jawaban tersebut berbeda-beda.

Walau kadar ”kebiadaban” lebih berat membunuh, tapi soal mencuri nyaris jawabannya tunggal. Tidak boleh. Situasi dan konteks keadaan yang menyebabkan dan atau jadi motive atas tindakan yang diambil, tetap saja tak bisa dijadikan eksepsi untuk mencuri. Kenapa? Mana lebih berharga nyawa atau harta?

Bisa jadi, ini patut didiskusikan lebih dalam lagi, kalau kita menggunakan pisau analisis marxian, strukturalis dan matrialisme, mungkinkah pencurian dilarang karena dilakukan oleh jelata yang membahayakan para pemilik modal yang kemudian dibungkus dengan dalih untuk menjaga ketertiban umum? Wee lhadalah, ini pisau analisis paling ngawur kali ya? Jelas iya! Hehehe....

No comments:

Post a Comment