Monday, April 14, 2008

Andaikan Syarat Nabi Lulus S1

Sekolah, termasuk perguruan tinggi, bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan hidup. Apalagi bila yang diselenggarakan oleh sekolah bukan proses pendidikan, tapi indoktrinasi dan pembodohan sistematis yang menajiskan imajinasi, kreativitas dan keberanian menyatakan perbedaan pendapat. Sekolah dan universitas tanpa pendidikan semacam itu, sejauh ini hanya berhasil meningkatkan jumlah orang bertitel tinggi, kasta baru yang arogan dan egois.

Berikut saya kutipkan catatan Andrias Harefa tentang orang-orang yang sukses tanpa mengandalkan gelar akademik.

John Major, drop out SMA, tapi menjabat Perdana Menteri Inggris menggantikan Margaret Thatcher. Pernah mendengar Bank of America? Pendirinya, Amadeo Peter Giannini tak pernah menyelesaikan SMA-nya. Dale Carnegie, pelopor di bidang pelatihan dan pengembangan manusia di awal abad 20, tak menyelesaikan sekolah gurunya di Missouri, Amerika Serikat. Thomas Alfa Edison hanya 3 bulan sekolah seumur hidupnya, namun lebih dari 3.000 penemuan dicatat atas namanya atau atas nama orang-orang yang bekerja dengannya. Sementara Kenji Eno drop out dari SMA, namun disebut-sebut sebagai Bintang versi Asia Week dan dianggap sebagai dewa industri game.

Anthony Robbins hanya tamat SMA dan memulai kariernya sebagai jongos kantor (janitor). Namun dalam waktu satu dekade ia berhasil menjadi praktisi konsep Neuro-Linguistic Programming (NLP), bahkan merevisinya menjadi Neuro-Associative Conditioning (NAC). Dari pemuda miskin dan sakit-sakitan, Robins berhasil menjadi penulis buku laris Unlimited Power dan Awaken The Giant Within. Ia dipuji para profesor psikologi sebagai motivator yang handal dan menjadi salah seorang penasihat Presiden Bill Clinton. Honor bicaranya --US$ 75.000 sekali tampil (kurang lebih 3 jam)-- melampaui Dr. Stephen R. Covey, John Gray, dan Michael Hansen.

Susi Pudjiastuti drop out SMAN I Yogyakarta, tapi mampu menjadi eksportir ikan, udang, lobter, dan hewan laut lainnya ke Singapura, Hong Kong, dan Jepang, yang tak goyah diterpa badai krisis. Kusnadi hanya tamat SMA di Semarang, namun menjadi eksportir tenun ikat Bali yang memasok pakaian ke 1.650 butik terkemuka di Amerika dan Kanada. Hartono Setyo hanya sampai SMP, tapi mampu melanjutkan kepemimpinan Bambang Setijo, kakaknya, di beberapa perusahaan kelompok PT Sari Warna Asli Group, calon konglomerat baru di awal milenium ketiga.

Adam Malik, pernah Menteri Luar Negeri dan Wakil Presiden Indonesia cuma mengecap sekolah sampai kelas 5 SD. Andrie Wongso tidak tamat SD, arek Malang ini pernah melata sebagai kuli toko, guru kungfu, dan bintang film kungfu di Taiwan sebelum jadi juragan kata-kata mutiara (kartu-kartu merek Harvest) dan mendirikan perusahaan MLM Forever Young, serta menyunting seorang Sarjana Hukum. Alim Markus, meninggalkan bangku SMP dan mampu mengembangkan Grup Maspion menjadi salah satu usaha yang terkemuka di Jawa Timur. Dalam kelompok bisnisnya tercatat lebih dari 40 pabrik yang menyerap sekitar 20.000 tenaga kerja.

Markus F. Parmadi, berhasil mencapai posisi tertinggi sebagai Presiden Direktur Bank Lippo. Padahal pendidikannya putus di tengah jalan, ia drop out tingkat dua dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Bob Sadino tak pernah kuliah di perguruan tinggi, tapi sering diundang untuk menguliahi mahasiswa di banyak kota, termasuk para calon dan sarjana-sarjana pertanian. Dan tanyakan pada Sukyatno Nugroho, sekolah mana yang membuatnya mampu mengembangkan Es Teller 77 Juara Indonesia dengan sistem franchise? Atau apa gelar Willy Sidharta yang membuatnya bertahan memimpin PT Aqua Golden Mississippi? Lalu, Abrian Natan, Direktur Eksekutif CNI yang fasih berbicara di muka publik itu, mengapa tak merasa perlu menyelesaikan pendidikan tinggi?

Masih perlu nama lain? Ok, Anda tahu Ajip Rosidi, Dahlan Iskan dan Goenawan Mohamad? Cobalah tanyakan kepada mereka gelar akademik apa yang mereka sandang. Masih banyak contoh, tapi cukuplah.

Jadi, sangat menggelikan ketika nanti benar-benar ditetapkan salah satu syarat bagi calon Presiden RI harus berijazah S1. Lha, Tuhan aja tidak mensyaratkan calon nabi-NYA berijazah S1. Kalo iya, pasti Muhammad tak akan lolos jadi nabi karena ia seorang ummi atawa buta huruf.

3 comments:

  1. soalnya Presiden bukan Nabi. Presiden ngga dikasih mukzizat sama kitab suci. ngga punya hubungan langsung dengan Malaikat dan Tuhan..

    hehe

    ReplyDelete
  2. Kaka Slank aja cuma DO SMP, hasilnya? T.O.P B.G.T! Anggun C. Sasmi? Cuma lulusan SMP, Hasilnya?Kariernya TOP, GO Internasional lagi...Nabi gak perlu S1 koq, Musadeq juga gak S1 tapi diancam 4 tahun penjara..wakakaka...

    ReplyDelete
  3. sekolah memang penting tapi yg lebih penting lagi belajar apa yg akan kita jadikan pekerjaan waktu dewasa

    contoh: kalo anak ingin jd spt ronaldo ya sejak kecil hrs belajar bola di sekolah bola bukan masuk ke UI ambil jurusan teknik mesin

    kalo anak ingin jd spt mariah carey ya sejak kecil belajar musik n vokal di sekolah musik bukan masuk UGM ambil jurusan politik

    kalo anak ingin jd arsitek ya hrs sekolah formal lalu lulus kuliah di universitas ambil jurusan arsitek bukan ambil hukum ato malah masuk ke sekolah tenis

    jd ga perlu diperdebatkan sekolah tinggi penting atau tidak karena semuanya tergantung mau jd apa

    ReplyDelete