Monday, November 3, 2008

Iseng

Satu-satunya yang kekal di Dunia ini hanyalah perubahan. Scientist berujar "Perubahan adalah hukum alam". Para Paderi menyebutnya sunnatullah, ketentuan sang kreator alam semesta.

Soal apa itu hukum alam atawa sunnatullah, Kyai Newton memberi contoh gamblang dengan hukum gravitasi; Suatu benda selalu bergerak jatuh ke bawah. Kyai Fadloli, guru madrasah saya saat kanak-kanak, memberi contoh yang tak kalah nyata. Kalau tidak makan sehari penuh, akan lapar. Saya menyebutnya hukum midafas; miskin dan fakir sekali.

Seorang motivator ulung pernah berujar, bila Anda ingin sukses, jangan pernah menentang hukum alam. Bila tak percaya, cobalah angkat ketel yang tengah menahan air mendidih di atas kompor yang masih menyala tanpa menggunakan pelapis tangan. Sang motivator yang botak tapi mempesona itu melanjutkan, "Kekayaan adalah hasil kerja keras, karena itu jangan berharap kaya bila malas, karena begitulah hukum alam". Simpulnya sambil tersenyum ala orang kaya.

Saya yang termasuk kategori pemalas, mengangguk-angguk. Tapi sebagai pemalas sejati, otak saya beberapa hari kemudian mulai menggeliat, menggugat statement sang motivator. Tapi dasar otak pemalas, cuma menggugat saja kerjaanya. Ogah merumuskan gugatan terhadap statement sang motivator. Yang jelas si otak itu mencoba meyakinkan saya bahwa tanpa kerja keras juga bisa kaya. Caranya? Si otak belum memberi tahu jawabanya.

Dampaknya, mulailah otak itu bergerilya, mulai menyerang dari pinggir. Bila perubahan itu hukum alam, sunnatullah, ketentuan sang kreator kenapa zaman yang telah sangat berubah berbanding ratusan tahun yang lalu, tetap dikendalikan dengan nilai-nilai yang "diwahyukan" saat mobil belum ada, pesawat belum dikhayalkan, minyak belum disemprotkan?

Jangan-jangan, perubahan itu godaan. Seperti setan yang menggoda Adam dan Hawa?

Note :
Ini belum selesai, tapi karena otak saya sedang malas, akan dilanjutkan dan diubah alur pikirnya kalau si otak mau dan sempat.

No comments:

Post a Comment